Minggu, 23 September 2012

Merantau Ke Kota Manise (Ambon)

Sore yag cerah hari ini, sekarang aku berada di Kota Daeng (Makassar) lagi untuk mempersiapkan pelaksanaan audit di kantor ku setelah satu minggu penuh berada di Kota Manise (Ambon). Banyak pengalam baru selama aku berada di ambon, pengalaman yang belu pernah aku dapatkan sebelumnya. Pada awalnya aku segan berangkat ke ambon, bukan karena banyak isu negatif yang berkaitan dengan kota manise ini, melainkan selisih waktu 2 jam lebih cepat dengan keberadaan keluarga ku dan orang yang aku sayangi yang membuat aku agak kesulitan dalam berkomunikasi dengan mereka. tapi semua hal tersebut terobati dengan hal-hal baru yang aku dapat di sana.

Bandara Pattimura

Kota Manise (Ambon), kalo bicara kota ambon paling sering orang menilai kota ini penuh dengan ketidakteraturan, konflik dimana-mana, watak orangnya yang keras-keras, namun hal itu sebaliknya pas aku berada di kota manise itu. Awal perjalananku di ambon barada di Bandara Pattimura yang berada di daerah laha berjarak sekitar 38 Km dari kota ambon. Sebelum bertemu atasan saya yang di ambon saya dijemput oleh rekan kerja sayan yang asli orang ambon. Pada Awalnya saya berfikir kalo orangnya itu galak dan semaunya sendiri, eh tenyata salah dugaan saya. Rekan yang saya temui ini orangnya baik, asyik dan hobinya itu bikin becanda-becandaan saat ngobrol bareng jadi pudar semua statement-statement negatif dari Kota Manise yang ada di benakku.

Rekan ku asli Ambon yang super kocak

Perjalanan berikutnya kemudian dilanjutkan menuju lokasi tanah longsor yang ada di ambon, memang 2 bulan sebelum kedatangan saya banyak terjadi bencana di daerah sekitar ambon, baik tanah lonsor maupun air bah yang melanda daerah ini. perjalanan ini sebenarnya bukan agenda ku tapi berhubung saya bersama atasan ku yang hendak melihat lokasi tanah longsor jadinya aku pun ikut dengan dia. Setelah aku sampai di lokasi aku terperangah melihat sisa-sisa longsoran yang sangat tinggi dan masih labil namun hebatnya dari sisa longsoran tersebut pada bagian puncaknya terdapat waduk alami yang terbentuk dari akibat kejadian tanah longsor tersebut sehingga membedung aliran sungai yang ada di atasnya menjadi waduk alami.

Gambar Kita Lagi Mendaki Longsoran


Waduk Alami yang terbentuk

Perjalananku belum berakhir di sini, setelah capek mendaki ke puncak akhirnya aku tiba juga di tempat peristirahatan kami di sana, esok harinya baru aku keliling kota ambon, memang nuansa nuansa konflik kota manise 10 tahun yang silam ini masih agak terasa di sana, dimana ada lokasi merah (kristen) dan lokasi putih (Islam) namun hal itu sudah tidak menjadi masalah setelah disepakatinya perdamaian antara dua belah pihak, hal ini di simbol kan dengan berdirinya prasasti Gong Perdamaian Dunia di Kota ambon. Prasasti ini melukiskan pesan damai yang akan disebarkan dari Kota Ambon untuk indonesia dan dunia.

Gong Perdamaian Dunia di Ambon

Turis Asyik Jepret-jepret di Lokasi Gong


Masih banyak sih sebenernya yang ingin aku ceritain, mungkin bakal aku ceritain pada postingan ku yang berikutnya. Untuk mengakhiri cerita ku ini aku kasih ni video nyanyian anak pedagang asongan asli ambon yang berjualan di Penyebrangan Kapal Veri Galala-Poka yang aku sendiri masih berdecak kagum ama suaranya. 




Copyright@ 23 Spetember 2012





Rabu, 08 Agustus 2012

Bathok Bolu Isi Madu


Bathok bolu isi keju ini merupakan pepatah jawa kalo dilihat secara harfiah berarti bathok klopo bolongene telu isi madu, kalau bahasa Indonesianya tempurung kelapa lubangnya ada tiga yang di dalamnya berisi madu.

Bathok adalah istilah Jawa untuk menamai tempurung kelapa. Pada masa lalu tempurung kelapa sering digunakan untuk membuat berbagai perkakas, terutama perkakas dapur. Entah itu untuk dibuat irus (sendok sayur), siwur (gayung air), beruk (alat untuk menakar beras), mangkuk, maupun celengan. Pendeknya, bathok digunakan untuk membuat alat yang fungsinya lebih pada menampung, mewadahi, atau menciduk.

Dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya, alat-alat yang terbuat dari batok merupakan alat-alat yang dianggap biasa atau sederhana. Lain halnya dengan alat-alat yang terbuat dari logam. Melamin, plastik, maupun keramik. Alat-alat yang disebut terakhir ini dianggap merupakan alat-alat yang lebih berkelas sosial tinggi atau bergengsi. Bathok bolu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa diartikan sebagai bathok yang bolong telu (bermata tiga), sebab pada kenyataannya hampir semua batok atau tempurung kelapa memang memiliki tiga titik (lekukan sebesar kelereng) di bagian pangkalnya.

Pepatah Jawa di atas terbentuk atas rangkaian kata yang mengandung makna berkebalikan. Logikanya, bathok tidaklah mungkin digunakan untuk menyimpan barang mewah atau barang berharga. Mustahil juga digunakan untuk menyimpan madu. Jadi, jika ada batok berisi madu, hal itu adalah kekecualian yang dalam bahasa Jawa disebut nyolong pethek.

Bathok bolu isi madu secara luas ingin menyatakan bahwa orang yang kelihatannya sederhana atau biasa-biasa saja tetapi ternyata memiliki kemampuan yang luar biasa atau kaya akan segala pengetahuan dan keterampilan. Dapat juga terjadi bahwa orang yang biasa saja berpenampilan apa adanya tetapi tingkah laku dan budi pekertinya sangat mulia. Inilah yang disebut dengan bathok bolu isi madu.


Pelabuhan Paotere Senja yang Menawan

Masih dalam perantauanku, dan masih dalam keasyikan ku berburu foto-foto yang menarik. Di tanah makassar ini atau yang sering di sebut juga sebagai Kota Daeng. Banyak lokasi yang menarik disini seperti pantai akarena, pantai Losari, Benteng Rotterdam, Benteng Somba Opu dan kalo mau nyari yang sejuk-sejuk kita bisa jalan ke Malino atupun Banti Murung Buru Saraung, namun kai ini langkahku mengarah ke pelabuhan paotere, salah satu pelabuhan rakyat di tanah makassar.

Gambar muka kapal di paotere 

Awal perjalanan kesana sempat seperti orang yang kebingungan arah, soalnya hanya melihat google map untuk mengetahui lokasinya, sampai salah-salah ambil jalur jalan dan putar kembali ke jalan semula. Setelah sampai di Lokasi aku yang memang hobinya jepret-jepret hanya bisa bilang "WOW" jarang sekali aku menemukan pemandangan yang seperti ini. Pemandangan pelabuhan yang biasanya nampak kapal-kapal modern, sekarang yang aku lihat adalah sederetan kapal-kapal tradisional yang sedang berlabuh.

Gambar kapal-kapal yang berlabuh disana

Kalau melihat sejarahnya pelabuhan yang terletak di Kecamatan Ujung Tanah Makassar ini merupakan salah satu warisan pelabuhan rakyat tempoe doloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada perahu phinisi ke Malaka.
Gambar Paotere Tepoe Doloe dgn Phinisinya

Pelabuhan Paotere sekarang masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti phinisi dan Lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan, dimana dapat dilihat disepanjang jalan berjejer toko-toko yang menjual berbagai macam jenis ikan kering, perlengkapannelayan, serta beberapa restoran seafood.

Gambar Lambo Kecil


Perjalananku kali ini kebetulan sekali saat bulan Romadhon dan saat-saat yang dinanti saat hunting di tepi laut adalah matahari terbenam atau yang sering disebut dengan sunset, sambil menunggu waktu buka puasa menikmati suasana sunset adalah hal yang sangat menenangkan hati. Perjalanan ku kali ini akhirnya di akhiri dengan panorama Sunset di Pelabuhan Paotere yang sangat menawan.

Gambar Sunset yang menawan itu